PERMASALAHAN PENDERITA ASMA
Sering kambuh dan berulangnya keluhan asma, sehingga sering orang tua frustasi akhirnya berpindah-pindah ke beberapa dokter. Hal ini dilakukan karena sering kali keluhan alergi pada anak tersebut sering kambuh meskipun diberi obat yang paling mahal dan paling baik. Bila penatalaksanaan tidak dilakukan secara baik dan benar maka keluhan alergi atau asma akan berulang dan ada kecenderungan membandel. Berulangnya kekekambuhan tersebut akan menyebabkan meningkatnya pengeluaran biaya kesehatan. Tetapi yang harus lebih diperhatikan adalah meningkatkannya resiko untuk terjadinya efek samping akibat pemberian obat. Tak jarang penderita asma mendapatkan antibiotika dan steroid dalam jangka waktu yang lama. Setelah berganti-ganti dokter biasanya orang tua pasien baru menyadari sepenuhnya kalau anaknya alergi setelah mengalami sendiri kalau keluhannya membaik setelah dilakukan penghindaran makanan tanpa harus minum obat.
Sering dijumpai bahwa penderita asma pada anak mendapatkan overdiagnosis (diagnosis berlebihan) atau overtreatment (pengobatan berlebihan). Paling sering ditemui adalah penderita asma yang didiagnosis dan diobati sebagai tuberkulosis dan pnemoni (infeksi pariu-paru) hanya berdasarkan foto rontgen dada.
Penderita alergi atau asma sering mengalami gangguan sistem imun yang berfungsi menghancurkan jamur, virus dan bakteri. Pada penderita alergi tampak anak mudah mengalami sakit infeksi saluran napas baik berupa faringitis akut (infeksi tenggorok), tonsilitis (amandel) dan infeksi saluran napas akut lainnya. Sehingga sering didapatkan seorang anak setiap bulan harus berobat ke dokter karena sering sakit panas, batuk, pilek atau infeksi saluran napas dan mudah terkena penyakit infeksi lainnya secara berulang. Biasanya keluhan tersebut terjadi hampir setiap bulan bahkan kadang satu bulan terinfeksi sampai 2 hingga 3 kali. Keluhan tersebut biasanya terjadi paling sering di bawah usia 2 tahun, di atas 2 tahun sudah semakin berkurang akhirnya usia di atas 5- 7 tahun semakin jarang.
Ketika anak mengalami serangan asma, ada tiga hal yang terjadi pada saluran napas :
- Bronkokonstriksi ( pengerutan otot-otot saluran napas)
- Edema mukosa ( pembengkakan)
- Hipersekresi (peningkatan produksi lendir)
PENATALAKSANAAN DAN PENCEGAHAN ASMA
Penanganan asma pada anak haruslah dilakukan secara benar, paripurna dan berkesinambungan. Pemberian obat terus menerus bukanlah jalan terbaik dalam penanganan alergi, tetapi yang paling ideal adalah menghindari pencetus yang bisa menimbulkan keluhan asma tersebut. Setiap anak akan berbeda faktor pencetusnya, untuk itu orang tua harus lebih jeli mengamati dan memperhatikan, sehingga dapat dihindarkan.
Pemakaian terapi hirupan pada penderita asma khususnya pada anak di Indonesia saat ini masih belum banyak digunakan. Di negara maju terapi ini justru lebih banyak digunakan karena lebih efektif, lebih aman dan relatif murah dibandingkan dengan obat minum. Tetapi di Indonesia orang tua sering menolak kalau sudah diberi anjuran terapi hirupan. Dengan pengobatan hirupan tersebut dianggap asma anaknya sudah sangat mengkawatirkan. Tampaknya sosialisasi lebih jauh tentang penggunaan terapi hirupan pada asma ini harus segera dilakukan.
Cara lain yang dianggap cukup efektif adalah berolah raga secara teratur. Jenis olahraga yang dianjurkan bisa apa saja, asalkan memperhatikan porsi yang sesuai dengan usia dan kemampuan anak. Hindari olahraga yang bersifat kompetitif. Olahraga yang teratur, dapat meningkatkan kebugaran anak, sehingga daya tahan tubuhnya pun meningkat. Selain itu olahraga rutin akan melatih otot-otot pernapasan yang akan meningkatkan kompensasi paru ketika terjadi serangan.
Ada beberapa upaya pencegahan yang perlu diperhatikan supaya anak terhindar dari keluhan alergi dan asma yang lebih berat dan berkepanjangan :
- Hindari atau minimalkan penyebab alergi sejak dalam kandungan, dalam hal ini oleh ibu. Bila ibu hamil didapatkan gerakan atau tendangan janin yang keras dan berlebihan pada kandungan disertai gerakan denyutan keras (hiccups/cegukan) terutama malam atau pagi hari, maka sebaiknya ibu harus mulai menghindari penyebab alergi sedini mungkin.
- Pemberian makanan padat dini dapat meningkatkan resiko timbulnya alergi. Bayi yang mendapat makanan alergi yang lebih rendah dibandingkan dengan bayi yang mulai mendapat makanan tambahan pada usia 3 bulan.
- Hindari paparan debu di lingkungan seperti pemakaian karpet, korden tebal, kasur kapuk, tumpukan baju atau buku. Hindari pencetus binatang (bulu binatang piaraan kucing dsb, kecoak, tungau pada kasur kapuk).
- Tunda pemberian makanan penyebab alergi, seperti ayam di atas 1 tahun, telor, kacang tanah di atas usia 2 tahun dan ikan laut di atas usia 3 tahun.
- Bila membeli makanan dibiasakan untuk mengetahui komposisi makanan atau membaca label komposisi di produk makanan tersebut.
- Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dapat mencegah resiko alergi pada bayi . Bila bayi minum ASI, ibu juga hindari makanan penyebab alergi. Makanan yang dikonsumsi oleh ibu dapat masuk ke bayi melalui ASI. Terutama kacang-kacangan, dan dipertimbangkan menunda telur, susu sapi dan ikan.
- Committes on Nutrition AAP menganjurkan pemberian suplemen kalsium dan vitamin selama menyusui.
- Bila ASI tidak memungkinkan atau kalau perlu kurang gunakan susu hipoalergenik formula untuk pencegahan terutama usia di bawah 6 bulan. Bila dicurigai alergi terhadap susu sapi bisa menggunakan susu protein hidrolisat. Penggunaan susu soya harus tetap diwaspadai karena 30 – 50% bayi masih mengalami alergi terhadap soya.
- Bila timbul gejala alergi, identifikasi pencetusnya dan hindari.